Pembangunan kesehatan dihadapkan pada berbagai permasalahan penting antara lain disparitas status kesehatan, beban ganda penyakit, kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, perlindungan masyarakat dibidang obat dan makanan serta perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa masalah penting lainnya yang perlu segera ditangani salah satunya adalah penanganan masalah gizi buruk.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 untuk Ibu hamil yang mendapat pemberian makan tambahan (PMT) di Indonesia hanyalah 25,2%. Dan proporsi alasan Ibu hamil memperoleh pemberian makan tambahan (PMT) untuk kategori gizi buruk yaitu sebesar 15,1% se-Indonesia. Sedangkan prevalensi status gizi pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi pada kategori gizi buruk sebesar 3,8%, gizi kurang 11,4% dan gizi lebih sebesar 2,7% yang artinya masih ada anak -anak yang kurang dalam pemenuhan gizinya.
Dua faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk tersebut adalah rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makan sehari-hari dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan penyakit infeksi berulang. Kedua faktor ini disebabkan oleh tiga hal secara tidak langsung, yaitu:
1. Ketersediaan pangan yang rendah pada tingkat keluarga
2. Pola asuh ibu dalam perawatan anak yang kurang memadai
3. Ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terbatas.
Penyebab tidak langsung tersebut merupakan konsekuensi dari pokok masalah dalam masyarakat, yaitu tingginya pengangguran, tingginya kemiskinan dan kurangnya pangan.
Akibat gizi yang kurang mencukupi juga mempengaruhi kesehatan lainnya seperti contohnya adalah kesehatan gigi dan mulut. Berikut zat gizi yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut:
1. Mineral (Kalsium, fosfor dan magnesium)
Fungsi : merupakan unsur utama dalam pembentukkan tulang dan gigi.
Akibat jika kekurangan kalsium, fosfor dan magnesium terhadap kesehatan gigi yaitu:
a. Mineralisasi tulang dan gigi menjadi terganggu, sehingga tulang akan mudah patah.
b. Gigi mudah rapuh sehingga rentan terhadap karies/gigi berlubang.
c. Pertumbuhan tulang dan gigi pada anak-anak menjadi terganggu.
2. Besi
Fungsi : merupakan unsur pembentukkan Hemoglobin, selain itu berperan penting dalam
pemeliharaan kesehatan gusi dan lidah serta jaringan mukosa mulut. Zat besi terdapat pada telur,
hati, kacang-kacangan dan sayuran.
Akibat kekurangan zat besi yaitu:
a. Mengakibatkan anemia
b. Gangguan pada lidah serta penipisan mukosa mulut secara menyeluruh sehingga pasien rentan
terhadap stomatitis aptosa (sariawan)
c. Warna mukosa menjadi pucat.
3. Fluor
Fungsi : merupakan struktur gigi serta melindungi gigi dari serangan karies gigi atau gigi
berlubang, selain itu fluor juga berfungsi mengatur pH asam-basa dalam rongga mulut. Fluor
terdapat pada air minum, garam dan pasta gigi.
Akibat kekurangan fluor yaitu:
a. Gigi akan menjadi rapuh dan mulut rentan terkena karies atau gigi berlubang.
4. Seng
Fungsi : berperan besar dalam penyembuhan luka pada mukosa mulut. Seng banyak terdapat pada
seafood, hati, daging dan sereal gandum.
5. Vitamin B2 (Ribovlavin)
Vitamin B2 banyak terdapat pada susu, hati, ginjal, jantung, daging, telur, sayuran dan ragi kering.
Kekurangan B2 dapat mengakibatkan:
a. Terjadinya luka pada sudut mulut (angular celitis).
b. Luka pada bibir (cheilitis).
c. Radang pada ujung dan bagian samping lidah.
d. Lidah tampak berwarna merah jambu dan licin.
6. Vitamin B12
Kekurangan B12 dapat mengakibatkan anemia yang bermanifestasi di dalam rongga mulut dengan
tanda-tanda lidah halus, mengkilat dan terasa sakit.
7. Vitamin C
Vitamin c banyak terdapat pada jeruk, tomat, kentang, cabai hijau, sayuran selada hijau dan jambu.
Kekurangan vitamin c dapat mengkibatkan:
a. Gusi meradang.
b. Kelainan pada gusi.
c. Gusi mudah berdarah.
d. Jika terjadi luka maka penyembuhannnya lambat.
8. Vitamin D
Vitamin D banyak terdapat dalm minyak ikan, susu, mentega, hati dan kuning telur.
Akibat kekurangan vitamin D dapat menyebabkan:
a. Pada anak-anak erupsi atau keluarnya gigi menjadi terhambat.
b. Menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel yang melibatkan gigi incisive dan molar permanen
yang umumnya terdapat pada penderitaan rhiketsia.
9. Vitamin A
Diperlukan untuk kesehatan gingiv. Penting untuk menjaga selaput lendir mulut dan jaringan
mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel dan membantu perkembangan gigi serta pertahanan
terhadap infeksi. Vitamin A banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijau atau kuning, buah
dengan warna yang mencolok, susu, telur dan minyak ikan. Defisiensi vitamin A juga dapat
menyebabkan gingivitis, hiperplasia gingiva serta penyakit periodontal dan hipoplasia enamel.
10. Vitamin K
Vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah dan mencegah terjadinya perdarahan spontan
dalam rongga mulut. Vitamin ini banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau.